Perancangan Jaringan 5G Di Negara Indonesia

Perancangan Jaringan 5G Di Negara Indonesia – Di akhir 2019, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mulai melakukan ancang-ancang untuk mengimplementasi teknologi internet mobile 5G di Indonesia. Sejumlah frekuensi mulai dibidik agar layanan ini dapat diaplikasikan, terutama untuk industri.

Jaringan internet mobile 5G yang jadi penerus 4G LTE, mulai diadopsi oleh sejumlah operator telekomunikasi di sejumlah negara. Sementara Indonesia, masih dalam tahap mempersiapkan kebijakan untuk 5G beserta pita frekuensinya, yang digodok oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). sbobet88

Bicara soal spektrum, Kominfo punya kandidat yang bisa dipakai untuk gelar jaringan 5G di Indonesia, yakni 26 GHz.

Perancangan Jaringan 5G Di Indonesia

“Untuk ini (5G) kita kontribusi di band 26 (GHz). Inilah kandidat utama untuk pemanfaatan 5G ke depan,” ucap Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kominfo, Ismail, di sela acara forum Embarking 5G di Balai Kartini, Jakarta. https://www.mrchensjackson.com/

Smartfren telah bersiap untuk menyambut kehadiran jaringan generasi selanjutnya 5G yang telah di depan mata. Perusahaan telekomunikasi tersebut melakukan simulasi dari penerapan teknologi 5G di Surabaya, Jawa Timur.

Dalam uji coba itu, Smartfren menerapkan satu sistem dan juga infrastruktur yang mengambil salah satu prinsip dari teknologi 5G, yaitu kepadatan jumlah penerima dan juga pemancar.

Menurut Munir Syahda Prabowo, VP Technology Relations and Special Project Smartfren, salah satu contoh penerapan infrastruktur dan juga teknologi baru yang diterapkan Smartfren adalah dengan meletakkan antena lebih dekat ke tanah dengan menggunakan BTS (Base Transceiver Station) mini atau Small Cell, untuk mentransmisikan apa yang disebut sebagai gelombang milimeter”, dan juga menambah jumlah pemancar serta penerima yang lebih besar.

Ini akan memungkinkan kepadatan penggunaan yang lebih tinggi, salah satu prinsip teknologi 5G inilah yang sudah kami exercise dan terapkan sekarang. Memang saat ini prinsip teknologi ini kami gunakan untuk mengurai kepadatan dan juga mengoptimalkan layanan kepada para pelanggan.

Telecommunication Union (ITU), di acara World Radiocommunication Conference (WRC) 2019. Dalam konferensi tersebut, telah ditetapkan rekomendasi tiga spektrum untuk 5G, yakni 26 GHz (24,5-27,5GHz), 40 GHz (37-43,5 GHz) dan 66 GHz.

Perancangan Jaringan 5G Di Indonesia

Selain 26 GHz, spektrum 3,5 GHz juga masuk dalam kandidat gelombang yang dipakai untuk jaringan 5G di Indonesia. Namun, di gelombang ini, kata Ismail, sudah dimanfaatkan oleh satelit.

“Di 3,5 kita punya satelit di sana jadi harus ada sharing dan sebagainya yang harus diatur. Kita lakukan uji coba band-bandnya berapa, pembagian wilayah bisa apa tidak. Ini masih kita lakukan kajian,” ujar Ismail.

Ada juga pita frekuensi 28 GHz yang berpeluang masuk dalam catatan kandidat gelombang yang diimplementasikan untuk 5G. Seperti 3,5 GHz, Ismail juga bilang spektrum 28 GHz akan ditujukan untuk satelit HTS (high throughput satellite).

Meski 26 GHz berpeluang kuat, Ismail menegaskan hal ini masih butuh kajian lebih lanjut sebelum diresmikan. Ditambah, masih ada PR yang harus diselesaikan pemerintah, seperti menggelar fiber optik, hingga penentuan bisnis model 5G.

“Kita lagi melihat banyak faktor supply-demand. Jangan dorong cepat-cepat. Makanya itu fiber optik diperluas. Teman-teman pengembang kembangkan dulu aplikasi-aplikasi lokal untuk 5G, jangan kita gelar infrastruktur tapi seluruh aplikasi asing yang kita pakai,” katanya.

Sejumlah operator seluler di Indonesia beberapa kali telah melakukan uji coba jaringan 5G. Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Smartfren, pernah mencoba 5G di frekuensi 28 GHz. Selain itu, XL Axiata juga pernah mencoba di 15 GHz.

Kominfo berharap agar tersedia spektrum 5G yang berjalan di setiap level band, mulai dari upper band, middle band, dan lower band. Namun, untuk 5G berjalan di semua level itu tidaklah mudah karena ada sejumlah spektrum frekuensi yang sudah terpakai untuk satelit serta televisi analog. Butuh upaya ekstra agar ketiganya bisa berjalan beriringan.

Berikut ini adalah daftar frekuensi kandidat 5G di Indonesia yang dipaparkan oleh Ismail, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo, di sela acara uji coba 5G Telkomsel untuk industri di Batam.

Upper band: 26 GHz

Ismail bilang 26 GHz adalah kandidat spektrum terkuat yang paling mudah diimplementasi untuk 5G di Indonesia karena belum dimanfaatkan untuk layanan telekomunikasi apapun.

“26 GHz itu really free. Siap untuk diluncurkan dan sudah banyak vendor (perangkat jaringan maupun perangkat end-user) yang mengembangkan ekosistem di sana,” kata Ismail.

Middle band: 3,5 GHz dan 2,6 GHz

Spektrum 3,5 GHz bisa saja dimanfaatkan oleh 5G, namun spektrum ini juga dimanfaatkan untuk satelit pada layanan penyiaran di Indonesia. Telkom adalah salah satu pihak yang memanfaatkan 3,5 GHz untuk satelit. Satelit adalah sebuah keharusan untuk Indonesia karena Indonesia adalah negara kepulauan. Satelit dapat menjangkau daerah yang masih sulit dijangkau oleh infrastruktur telekomunikasi.

Ismail membuka wacana agar pemanfaatan 3,5 GHz dibagi untuk satelit dan 5G. Ia telah memberi izin pada Telkomsel untuk menguji 5G yang berjalan di 3,5 GHz. Kominfo berharap Telkom dan Telkomsel dapat berkolaborasi untuk menguji 3,5 GHz di 5G dan satelit untuk mengetahui seberapa jauh dampaknya. Di Eropa, frekuensi ini mulai dimanfaatkan untuk menyediakan 5G pada perangkat smartphone end-user.

“Saya ingin tahu seberapa jauh implikasi pemakaian 5G di band 3,5 GHz pada satelit kita berdasarkan real case, bukan cuma teori di atas kertas. Sehingga kita tahu dibutuhkan bandwidth berapa di sana, kemudian berapa lebar pita yang bisa diberikan kepada operator seluler untuk 5G,” tutur Ismail.

Pada level middle band juga ada 2,6 GHz yang juga dipakai oleh satelit S-Band MNC Vision (sebelumnya Indovision). Kominfo akan merancang kiat khusus agar ia bisa berdampingan dipakai oleh satelit dan 5G.

“Saya belum bisa sampaikan detail kiatnya. Tapi, yang jelas, 2,6 GHz adalah kandidat yang sangat penting untuk 5G ke depan,” aku Ismail.

Lower band: 800 MHz dan 700 MHz

Khusus 800 MHz, frekuensi ini dimanfaatkan operator seluler untuk menggelar 4G dan Kominfo percaya diri frekuensi ini dapat dimanfaatkan untuk 5G dengan lebih mudah.

Namun, tidak untuk frekuensi 700 MHz yang dipakai untuk siaran televisi analog. Kominfo mendorong agar stasiun televisi beralih ke digital agar 700 MHz dapat dibagi pemanfaatannya untuk 5G.

Dalam Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Kominfo Johnny G. Plate pada 5 November 2019 telah disepakati masuknya Revisi UU Penyiaran dalam program legislasi prioritas. “Ditargetkan selesai tahun 2020,” ungkap Ismail.

Hasil efisiensi frekuensi dari upaya digitalisasi televisi ini akan memberi ruang bebas bagi spektrum 700 MHz untuk dipakai 5G. Tambahan frekuensi ini kerap disebut digital dividen.

Menurut Munir, saat ini teknologi 5G sendiri diprediksi akan dimanfaatkan terutama untuk kepentingan industri, dan belum menjadi suatu teknologi yang akan menggantikan konektivitas 4G.

Sementara untuk kebutuhan end-user yang memakai handset atau perangkat mobile, masih akan menggunakan 4G. Dengan kata lain, 5G nantinya masih akan fokus pada pasar tertentu. Terlebih, perangkat mobile yang mendukung 5G saat ini masih terbatas.

“5G nantinya bukan hanya sebagai suksesor 4G, kenapa demikian? Karena 5G punya spesifikasi tersendiri untuk pasar yang sangat fokus, seperti industri, mobil, entertainment, yang membutuhkan kapasitas bandwidth yang besar, jadi jangan terpikir 5G akan menggantikan 4G, tapi pelengkap, akan berbarengan,” ujarnya.

Berbagai Fitur Terbaru Yang Telah Dirilis Google

Berbagai Fitur Terbaru Yang Telah Dirilis Google – Kecerdasan Buatan Google Bisa Bantu Dokter Prediksi Kematian Pasien.

Tidak hanya memprediksi kondisi kesehatan pasien, Google AI mampu memberikan perkiraan berapa lama pasien perlu dirawat di rumah sakit. Bahkan, ia juga bisa memberi tahu kapan pasien meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya berdasarkan riwayat medis yang diolah.

Dilansir Bloomberg, dalam sebuah kasus dokter memperkirakan kematian pasien seorang perempuan pengidap kanker. Ketika tiba di rumah sakit, paru-paru pasien perempuan itu dipenuhi dengan cairan sehingga memiliki kemungkinan meninggal 9,3 persen. slot88

Akan tetapi, kecerdasan buatan Google dengan algoritma baru memperkirakan risiko kematian yang lebih tinggi pada pasien tersebut, yakni 19,9 persen. Akhirnya perempuan itu meninggal beberapa hari kemudian. Menurut laporan itu, sebagaimana dikutip dari Business Insider, sejauh ini sistem kecerdasan buatan Google menunjukkan performa lebih cepat dan lebih akurat daripada teknik lain dalam mengevaluasi riwayat medis pasien. www.benchwarmerscoffee.com

Google memiliki algoritma baru yang dapat dengan cepat menyaring ribuan dokumen digital dalam catatan kesehatan pasien untuk menemukan informasi penting sehingga bisa membantu dokter dalam membuat diagnosis yang lebih baik.

Namun ada saja kekhawatiran yang muncul dalam menggunakan kecerdasan buatan Google ini, yakni bahwa kemampuannya dalam memprediksi kematian akan memicu ketakutan di antara pasien. Selain itu muncul pula kecemasan bahwa suatu hari nanti teknologi kecerdasan buatan akan terlalu banyak memegang kendali atas kehidupan manusia.

Kecerdasan Buatan Google Deteksi Penyakit Jantung Lewat Mata

Berbagai Fitur Terbaru Yang Telah Dirilis Google

Ilmuwan dari Google dan perusahaan teknologi kesehatan Verily telah menemukan cara baru dalam mendeteksi seseorang yang memiliki risiko penyakit jantung. Cara baru tersebut memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Dengan menganalisis pemindaian bagian belakang mata pasien, peranti lunak perusahaan mampu secara akurat menyimpulkan data yang dikumpulkan, di antaranya usia pasien, tekanan darah, serta merokok atau tidak. Cara ini kemudian bisa digunakan untuk memprediksi risiko kesehatan jantung, seperti serangan jantung, dengan akurasi yang hampir sama dengan metode saat ini.

Algoritma AI ini berpotensi mempermudah dan mempercepat dokter dalam menganalisis risiko kardiovaskular pasien karena tidak butuh tes darah yang memakan waktu lama. Tetapi, metode ini masih perlu diuji lebih lanjut sebelum digunakan secara klinis.

Luke Oakden-Rayner, seorang peneliti medis di University of Adelaide yang mengkhususkan diri dalam analisis machine learning, mengatakan studi ini solid, dan memperlihatkan bagaimana AI dapat membantu memperbaiki alat diagnostik yang ada.

“Mereka (AI) mengambil data yang telah ditangkap karena satu alasan klinis dan mendapatkan lebih banyak dari yang kita lakukan saat ini,” kata Oakden-Rayner seperti dikutip The Verge.

Untuk melatih algoritma, ilmuwan Google dan Verily menggunakan machine learning untuk menganalisis kumpulan data medis umum serta hasil pemindaian mata milik hampir 300 ribu pasien. Data tersebut kemudian diolah dengan metriks yang dibutuhkan untuk memprediksi risiko kardiovaskular.

Hasilnya, algoritma AI berhasil memprediksi risiko penyakit jantung dengan tingkat keakuratan 70 persen. Nilainya tersebut tak jauh berbeda dengan metode SCORE, yang biasa digunakan untuk memprediksi risiko penyakit jantung, yang tingkat keakuratannya 72 persen.

Bagi Google, proyek ini lebih dari sekedar metode baru dalam mendeteksi risiko penyakit jantung. Ini merupakan kemajuan teknologi AI untuk penemuan ilmiah. Dengan data yang cukup, diharapkan kecerdasan buatan bisa menciptakan wawasan medis baru tanpa arahan manusia.

Google Garap Mikroskop untuk Deteksi Kanker

Berbagai Fitur Terbaru Yang Telah Dirilis Google

Realitas tertambah atau augmented reality (AR) menyimpan banyak potensi yang menunggu untuk dimanfaatkan. Google Research, salah satu divisi di Google, memanfaatkan dan mengembangkan teknologi ini pada suatu mikroskop untuk mendeteksi kanker.

Google menamakan proyek ini dengan Mikroskop AR (Augmented Reality Microscope/ARM). Purwarupa alat tersebut masih dalam pengembangan dan Google meyakini bahwa mikroskop itu dapat mempercepat adopsi penggunaan deep learning bagi para ahli patologi di dunia.

Deep learning dan machine learning itu sendiri adalah dua model yang berasal dari pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

ARM yang dikembangkan Google ini merupakan mikroskop ringan yang memiliki kemampuan untuk memberikan analisis gambaran langsung dan juga presentasi dari algoritma milik machine learning garapan Google.

Salah satu bagian penting dari ARM ini adalah teknologi AR yang ada harus bisa dipasangkan ke mikroskop ringan yang sudah banyak tersebar di dunia.

Google menjelaskan bahwa sistem yang digunakan ARM murah dan banyak komponennya, sehingga bisa dengan mudah untuk didapatkan. Untuk menganalisis kanker pada penderita, Google menjanjikan itu bisa dilakukan pada bagian yang sakit saja di tubuh pasien.

Menggunakan ARM juga tak jauh berbeda dengan menggunakan mikroskop biasa. Nantinya, algoritma dari machine learning akan ditampilkan secara langsung kepada pengguna ARM. Informasi tersebut akan terproyeksikan di atas gambar dari spesimen yang sedang dipelajari dengan ARM. Informasi akan menunjukkan fitur-fitur berbeda dari setiap slide mikroskop.

ARM juga dapat memberikan informasi visual yang membedakan daerah tumor dengan warna hijau atau memberikan panah serta tulisan di bidang pandang mikroskop.

Pengembangan ARM akan sangat membantu para peneliti dan dokter di dunia untuk mempelajari serta mengobati suatu penyakit terutama kanker yang terkadang sulit untuk dideteksi.

Google Lens Bisa Kenali Objek di Foto

Teknologi yang diberi nama Google Lens itu mengedepankan augmented reality (AR) ke dalam ponsel kamera.

Menurut Google, teknologi ini tidak melihat apa yang dilihat pengguna, tapi juga memahami apa yang dilihat untuk membantu pengguna dalam melakukan tindakan terhadap gambar.

Dalam demonstrasi yang dilakukan di konferensi I/O, Google menunjukkan bagaimana kamera ponsel bisa memberi tahu objek apa yang disorot.

Selain itu, dalam demo itu juga ditampilkan bagaimana Google Lens bisa mengidentifikasi gambar dengan tulisan Wi-Fi beserta password-nya, kemudian akan muncul pilihan untuk langsung menghubungkan perangkat yang digunakan dengan jaringan Wi-Fi tersebut.

Untuk contoh ketiga, ada foto tampak depan dari sebuah toko, Google Lens kemudian menampilkan nama, rating, dan informasi lainnya yang muncul dalam foto itu.

Pada dasarnya, teknologi ini dapat mengubah kemampuan kamera dari alat pasif dalam menangkap gambar menjadi sebuah alat aktif yang dapat berinteraksi dengan penggunanya.

Agar lebih interaktif, Lens juga akan terintegrasi dengan fitur perintah suara sekaligus kecerdasan buatan Google Assistant. Pengguna bisa meluncurkan Lens dan mengambil foto yang kemudian akan menghadirkan interaksi dengan Assistant.

Dalam contoh selanjutnya, kamera mengambil gambar sebuah papan iklan konser dan Google Assistant memberikan informasi harga tiketnya, juga bisa memasukkannya ke dalam kalender. Integrasi Lens dan Assistant ini juga mendukung fitur Translate dari objek foto yang disorot.

Sejauh ini, teknologi yang sudah dijelaskan saja sudah membuat ‘geleng’geleng kepala’, tapi ternyata Google masih punya kecanggihan lain dari Lens. Google Lens bisa ‘membersihkan’ dan menyunting foto, misalnya foto seorang anak yang sedang bermain baseball lewat pagar kawat, nah Google bisa menghilangkan pagar kawat itu dari foto secara otomatis.

Tidak hanya itu saja, Lens juga bisa ‘memperbaiki’ foto dengan pencahayaan rendah menjadi lebih baik dengan mengurangi blur di dalamnya.

Untuk saat ini, belum diumumkan kapan Google Lens akan mulai tersedia untuk para pengguna. Tapi, Google mengungkapkan teknologi tersebut akan hadir secepatnya.

Bos Pembisnis Teknologi Ternama Membatasi Teknologi

Bos Pembisnis Teknologi Ternama Membatasi Teknologi – Zaman sekarang semuanya sudah serba digital. Masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari orang tua hingga anak-anak di dunia rata-rata memiliki ponsel pintar atau smartphone pribadi. Smartphone saat ini dianggap sebagai barang penting yang wajib dimiliki dengan segudang fungsi.

Walaupun mereka menguasai teknologi dunia, mereka tidak membiarkan keluarga mereka ‘dikuasai’ teknologi begitu saja. Ya, Business Insider mencatat, bagaimana 7 bos perusahaan teknologi ini membatasi teknologi di keluarganya. http://www.shortqtsyndrome.org/

Pionir seperti Bill Gates dan Steve Jobs sudah lama dikenal publik bahwa mereka menerapkan akses terbatas pada anak-anak mereka. Bahkan, mereka memperingatkan keluarga agar jangan membiarkan anak-anak menghabiskan terlalu lama di depan layar. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Dilansir dari Business Insider, Temali akan membahas bagaimana 7 CEO dunia membatasi teknologi bagi keluarganya. Termasuk Bill Gates, Steve Jobs, Sundar Pichai, dan lain sebagainya.

1. Bill Gates

Bos Pembisnis Teknologi Ternama Membatasi Teknologi Di Keluarganya

Bill Gates (Penemu Microsoft): Tidak memperbolehkan anak-anaknya punya ponsel hingga usia 14 tahun

Gates mengatakan, ia tergugah untuk menetapkan batasan yang lebih ketat pada teknologi pada anak-anaknya setelah menyadari bahwa putri sulungnya terlalu banyak bermain video game.

Gates mengatakan meskipun ada banyak manfaat dari alat digital, penting pula untuk mengakui bahwa penggunaan berlebihan dapat merusak.

Bill Gates juga menilai, penggunaan gawai yang berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan mata. Selain itu waktu akan tersita dengan percuma jika sudah kecanduan dengan gawai. Begitu pula dengan Steve Jobs.

Ia melarang anak-anaknya menggunakan gawai karena tak ingin kehilangan waktu bermain bersama mereka. Ia pun khawatir anak-anaknya tidak akan peduli pada lingkungan jika sudah kecanduan.

2. Sundar Pichai (CEO Google)

Bos Pembisnis Teknologi Ternama Membatasi Teknologi Di Keluarganya

Anak 11 tahunnya tidak memiliki ponsel. Televisi hanya bisa dihidupkan di saat-saat tertentu.

CEO Google Sundar Pichai membatasi waktu melihat televisi dan membuatnya susah diakses. Kebijakan ini sempat membuat konflik internal di keluarganya. Meskipun begitu, Pichai tetap berupaya.

Selain memantau berapa banyak waktu yang dihabiskan anak-anaknya menggunakan teknologi, Pichai mengatakan ia mencoba mengurangi penggunaan ponsel dan komputernya sendiri.

3. Steve Jobs (Founder Apple)

Waktu makan malam bersama keluarga tidak boleh ada gadget, tetapi dipergunakan untuk saling berkomunikasi tatap muka. Walter Isaacson, penulis biografi Steve Jobs menceritakan bahwa setiap makan malam, Jobs dan keluarganya membahas buku-buku, sejarah dan berbagai hal.

“Tidak ada yang pernah mengeluarkan iPad atau komputer. Anak-anak tampaknya sama sekali tidak kecanduan perangkat. ”

Bahkan, anak-anak Jobs bahkan sempat belum mencoba iPad walaupun sudah populer. “Mereka belum menggunakannya. Kami membatasi berapa banyak teknologi yang digunakan anak-anak kami di rumah,” ujar Jobs kepada The New York Times.

4. Satya Nadella (CEO Microsoft)

Bernegosiasi dengan anaknya soal apa saja hiburan dan informasi yang dikonsumsi anaknya. Satya dan istrinya Anu Nadella rajin mengawasi penggunaan teknologi anak-anak mereka. Sampai-sampai, ada pula laporan mingguan tentang penggunaan komputer anak-anak mereka.

“Teknologi untuk hiburan selalu menjadi negosiasi di rumah kami. Seperti ada berapa film, video game macam apa, ”kata Anu.

5. Alexis Ohanian (Cofounder Reddit)

Merencanakan penggunaan teknologi untuk anak perempuannya

Bersama istrinya, petenis Serena Williams, Alexis Ohanian mengatakan jika mereka merencanakan untuk membatasi penggunaaan teknologi anak mereka ketika beranjak dewasa.

“Saya benar-benar berharap untuk bermain video game dengannya ketika dia lebih tua. Tapi sangat penting dia punya waktu untuk hanya dengan pikirannya dan balok-balok mainannya.”

6. Mark Cuban (Investor dan Shark Tark Star)

Memasang special routers di rumahnya, supaya bisa memonitor anak-anak mereka bagaimana memakai internet.

Mark Cuban, investor miliarder dan “Shark Tank,” awalnya membuat sistem penghargaan bagi anak-anaknya untuk mendapatkan waktu layar. Semisal, untuk setiap satu jam membaca, anak-anaknya akan mendapatkan Netflix selama dua jam.

Tapi begitu anak-anaknya menemukan cara untuk mengakali aturan tersebut- seperti meminjam kata sandi Netflix teman Cuban  memutar otak.

Ia memasang routers khusus yang dapat mendeteksi aplikasi apa yang digunakan anak-anaknya. Ia juga punya opsi untuk mematikan aktivitas internet anak-anaknya jika berlebihan.

7. Evan Spiegel (CEO Snapchat)

Membatasi waktu penggunaan layar maksimal 1,5 jam per minggu untuk anak 8 tahunnya. Masa kecil Spiegel tidak dibiasakan menonton TV. Ia mengatakan, hal itu memaksanya untuk membaca, membangun sesuatu, dan berpikir untuk dirinya sendiri.

Suami dari model Miranda Kerr ini mengatakan kepada Financial Times, bahwa ia ingin memberikan manfaat yang sama kepada anaknya. Meskipun itu tidak selalu berarti dia ingin sepenuhnya memotongnya dari teknologi.

8. Orang tua di Sillicon Valley

Sebuah survey pada tahun 2017 yang dilakukan oleh Sillicon Valley Community Foundation mengungkapkan bahwa meskipun dikelilingi oleh teknologi tinggi, 907 orang tua di Sillicon Valley sangat memperhatikan dampak teknologi terhadap anak-anaknya.

Melansir Business Insider, para orang tua tersebut menilai bahwa teknologi berpotensi membahayakan anak-anaknya. Oleh karena itu, banyak orang tua yang membatasi atau melarang penggunaan gawai pada anak-anaknya. Tren tersebut mengikuti para eksekutif tinggi di bidang teknologi yang telah membatasi penggunaan gawai pada anaknya beberapa tahun belakangan.

9. CEO Youtube Susan Wojcicki

mengungkapkan bahwa ia tidak mengizinkan anaknya untuk menonton video melalui aplikasi secara bebas. Ia hanya mengizinkan anaknya untuk menonton video melalui versi aplikasi yang khusus diperuntukkan anak-anak, seperti YouTube Kids. “Saya mengizinkan anak-anak saya untuk menggunakan YouTube Kids, tetapi saya membatasi jumlah waktunya,” tutur Wojcicki dalam interview tersebut. Ia berpendapat bahwa segala hal yang berlebihan bukanlah hal yang baik.

Ia mengaku memberi batasan waktu untuk anaknya dalam menggunakan smartphone. Hal tersebut bertujuan agar anak-anaknya dapat berinteraksi satu sama lain tanpa smartphone.

“Saya memiliki waktu ketika saya mengambil semua smartphone milik anak saya. Terutama ketika kami sedang berlibur bersama. Itu karena saya ingin mereka berinteraksi satu sama lain,” kata Susan seperti yang dilansir dari Cult of Mac (15/8/2019).

Sikap Susan tersebut tak berarti ia menampik kepentingan smartphone dalam kehidupan. Baginya, smartphone memang penting dan bermanfaat, namun aka nada saatnya benda itu bersifat sebaliknya sehingga diperlukan keseimbangan dalam penggunaannya.

10 Pierre Laurent

Adalah seorang eksekutif teknologi San Francisco Bay Area dan direktur Waldorf School of the Peninsula, sebuah sekolah swasta populer Silicon Valley yang melarang penggunaan teknologi sampai murid berumur belasan tahun. Laurent, yang mengirim ketiga anaknya ke sekolah itu mengatakan kepada BBC bahwa pekerjaan tiga perempat dari sesama orang tua murid di sekolah itu berkaitan dengan teknologi.

Sekolah mengatakan kepada mereka untuk memperhatikan pengaruh merusak teknologi pada proses belajar anak.

“Anda tidak bisa belajar dan sepotong kecil kaca ketika Anda masih anak-anak. Anda harus menggunakan semua indra, Anda perlu dapat memberikan makanan kepada otak dengan apapun yang Anda miliki ,” kata Laurent.